Kamis, 01 Maret 2012

BUDIDAYA NILAM


Selamat berjumpa kembali, kini saya hadirkan yang butuh bahan buat budidaya nilam dan yang sedang belajar BHHBK, lumayan bisa diambil.. hee
Minyak nilam merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional. Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang setiap tahunnya memasok 70% hingga 90% kebutuhan dunia. Ekspor nilam Indonesia berfluktuasi dengan laju peningkatan ekspor sekitar 6% per tahun atau sebesar 700 ton sampai 2.000 ton minyak nilam per tahun. Prospek industri minyak atsiri sebetulnya cukup cerah, karena bahan bakunya tersedia di dalam negeri. Sayangnya produktivitas daun nilam kering Indonesia hanya dua sampai tiga ton per hektar per tahun. Artinya produktivitas dibawah 30%. Banyak faktor yang membuat rendahnya produksi dan mutu nilam Indonesia, selain masalah teknologi, budidaya yang tidak intensif, bibit kurang baik juga cara penanganan bahan baku dan penyulingan.
Tanaman nilam dimasukkan ke Indonesia dan Singapura pada tahun 1895 (Burkill, 1935), dan dinamakan Dilem Singapur untuk membedakannya dengan nilam Jawa yang telah dikenal (P.heyneanus dan P.hostensis). Jenis nilam yang diintroduksikan dari singapura sampai sekarang merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan dan dikenal dengan nama nilam Aceh, jenis ini telah dibudidayakan sejak tahun 1909 telah menyebar ke Pantai Timur Sumatera (Heyne, 1927).
Di Indonesia daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah lainnya.
Jenis-jenis Tanaman Nilam
Menurut Trease dan Evan (dalam Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus.

1) P. cablin Benth
Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia. (Sudaryani et al, 2004)
2) P. heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jemis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50-1,5%. Di samping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani et al, 2004)
3) P. hortensis
Disebut juga nilam sabun karena bisa digunakan untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk Pogostemon hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan minyaknya 0,5-1,5%. Komposisi minyak yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani et al, 2004)
Diantara ketiga jenis nilam tersebut yang banyak dibudidayakan yaitu P. Cablin Benth (nilam Aceh), karena kadar dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari varietas lainnya.
Nilam Aceh diperkirakan daerah asalnya Filipina atau Semenanjung Malaya. Setelah sekian lama berkembang di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi ditemukan bermacam-macam tipe yang berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan kekeringan.

Teknik Budidaya Tanaman Nilam

A) Penentuan Lokasi

Kebun perbanyakan nilam hendaknya terletak pada lokasi yang mudah dicapai, tidak tercemar hama dan penyakit, mudah dijangkau penyediaan sarana (pupuk, dll), pengangkutan bahan tanaman atau benih. Untuk efisiensi dalam pengiriman bahan tanaman sebaiknya lokasi kebun perbanyakan tidak terlalu jauh dari daerah pengembangan. Disamping itu faktor yang paling penting adalah tersedianya sumber air yang mencukupi di lokasi kebun untuk kegiatan pembibitan, penanggulangan hama dan penyakit dan sebagainya.
Ketinggian Tempat
Tanaman nilam tumbuh pada ketinggian 2.200 mdpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10-400 mdpl. Dan menghendaki suhu yang panas dan lembap serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah hujan yang diperlukan berkisar 2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedang suhu yang baik adalah 240C-280C dengan kelembapan lebih dari 75%. Agar pertumbuhannya optimal tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran matahari yang cukup. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, asalkan tidak pada tempat yang sangat terlindung (di bawah pohon yang rimbun).( Sudaryani et al, 2004)
Tanah
Tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus, sangat diperlukan oleh tanaman nilam. Pada tanah yang subur tersebut nilam dapat memberikan hasil yang sangat baik. Pada tanah-tanah yang tergenang air atau permukaan air tanah yang terlalu dangkal, tanaman ini akan mudah terserang penyakit busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat), tanah berpasir, dan berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam. (Sudaryani et al, 2004)

B) Persiapan Bahan Tanaman dan Persemaian Tanaman Nilam

Pemilihan varietas nilam

Untuk memperoleh produksi minyak yang tinggi, pilih varietas unggul, yang produksi kadar/mutu minyak yang tinggi, yaitu: Tapak Tuan, Lhokseumawe, dan Sidikalang. Sel-sel minyak terutama pada daun, oleh karena itu, produksi tinggi akan menghasilkan produksi minyak yang tinggi pula, apabila varietas tersebut mengandung kadar minyak yang tinggi.

Persiapan Rumah Atap, Media Semai, dan Sungkup

- Pilih areal yang sehat tidak tercemar jamur patogen, dekat sumber air.
- Buat rumah atap setinggi 2m condong ke arah Timur. Bentuk dan luasan disesuaikan dengan kebutuhan. Siapkan campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
- Polybag (yang berlobang dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan media yang telah disiapkan dan diletakkan secara teratur di bawah rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan embrat.
- Untuk mempertahankan kelembaban agar stek tidak layu setelah ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 meter, tinggi 1/2 meter dan panjang sesuai kebutuhan.

Perbanyakan Bahan Tanaman dan Penyemaian Nilam

Stek tanaman nilam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu karena apabila langsung ditanam di lapangan, banyak yang mati.
Perbanyakan tanaman nilam secara vegetatif dengan menggunakan stek. Stek yang paling baik adalah stek pucuk mengandung 4 - 5 buku selain itu stek juga dapat diambil dari cabang dan batang. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk. Waktu mempersiapkan stek, sebaiknya stek direndam dalam air sebelum disemai dalam polybag.
Penyemaian dilakukan dengan membenamkan satu buku kedalam media semai dengan terlebih dahulu  membuang daun pada buku yang akan dibenamkan. Kemudian tanah disekeliling tanaman dipadatkan.
Untuk penanaman langsung di lapangan, stek diambil dari cabang yang sudah tua (mengayu), dipotong sepanjang 30 cm. Kebutuhan tanaman untuk 1 ha lebih kurang 20.000 tanaman, belum termasuk bahan tanaman untuk penyulaman.

Pemeliharaan Tanaman Nilam di persemaian

Untuk menjaga kelembaban, stek yang baru disemai perlu disiram. Penyiraman dilakukan setelah penyemaian, kemudian disungkup plastik. Penyiraman selanjutnya setelah 2-3 hari kemudian. Selama di dalam sungkup, penyiraman tidak perlu
dilakukan tiap hari. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penanggulangan hama/penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu. Benih siap tanam setelah 1,5 bulan
dipersemaian.

Persiapan Lahan dan Penanaman Nilam

Persiapan lahan dan lubang tanam
- Tanah dicangkul, dibersihkan dari gulma (alang-alang dsb), kemudian digaru dan diratakan.
- Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, dengan jarak tanam antara barisan 90 cm - 100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 cm - 50 cm. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar, jarak tanam dalam barisan lebih besar (100 cm x 50 cm) sedangkan pada lahan yang agak miring (150) jarak tanam dalam barisan lebih sempit (40 cm) dan arah baris menurut kontur tanah. Pada lokasi dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus) jarak tanam sebaiknya 100 cm x 100 cm, karena pada umur 5 - 6 bulan, kanopi sudah bertemu.

Pembuatan saluran drainase
Tanaman nilam tidak menghendaki adanya yang tergenang, untuk itu perlu dibuat saluran drainase. Saluran drainase dibuat sekeliling dan di dalam kebun (atau sesuai kebutuhan) dengan ukuran 30 cm x 30 cm (lebar x dalam).

Penanaman dan penyulaman

Setelah tanaman berumur 1,5 bulan dipersemaian, tanaman dapat dipindahkan ke lapangan. Cara menanam yaitu dengan menyobek polybag secara hati-hati dan menanam tanaman di lubang yang telah disediakan, kemudian tanah dipadatkan dengan cara menekan tanah disekitar tanaman. Stek yang langsung di tanam di lapangan adalah stek yang telah berkayu 30 cm, dibenamkan 2 buku kedalam tanah. Penanaman langsung ke lapangan beresiko tanaman banyak mati. Tanaman nilam yang mati disulam dengan tanaman baru, untuk itu persiapan bahan tanaman harus mencukupi.

Pemeliharaan Tanaman Nilam

Pemupukan
Disamping pupuk dasar yang diberikan pada waktu tanam berupa pupuk organik (pupuk kandang, kompos dll) 1-2 kg/lubang tanam, untuk memacu pertumbuhan tanaman perlu diberi pupuk organik. Dosis dan komposisi pupuk yang diberikan tergantung dari jenis tanah dan tingkat kesuburannya. Penelitian pemupukan dengan dosis 280 kg N + 70 TSP + 140 kg KCl per hektar, pada tanah utisol menghasilkan 10 - 13 ton terna kering per ha/tahun. Pemupukan I dilakukan pada umur 1 bulan, dengan dosis 1/3N + P + K, pemupukan II pada umur 3 bulan dengan dosis 2/3 N. Pemupukan selanjutnya pada umur 6 bulan (setelah panen) dan 10 bulan (setelah panen II) dipupuk dengan dosis 1/2N + 1/2P + 1/2 K + 2 kg pupuk kandang.

Pemberian mulsa/penutup tanah

Tanah tanaman nilam tidak tahan kekeringan, terutama setelah dilakukan pemangkasan (panen). Kemarau panjang dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk menjaga kelembaban tanah dan mengurangi penguapan, tanaman diberi mulsa berupa semak belukar atau alang-alang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa semak belukar lebih baik dibandingkan alang-alang karena pelapukan lebih cepat terjadi, sehingga menambah bahan organik.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Nilam

1) Penyakit pada tanaman nilam

a. Penyakit layu bakteri
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum (Nasrun et al., 2003), merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam. Gejala serangan yang ditimbulkan berupa kelayuan pada tanaman muda maupun tua, dan dalam waktu singkat menimbulkan kematian tanaman muda mauun tua, dalam waktu singkat menimbulkan kematian tanaman (Sitepu dan Asman, 1998). Penyakit ini menyebabkan kerugian sebesar 60-95% pada tanaman nilam di Sumatera. Selain di Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu), dutemukan juga pada pertanaman di Jawa Barat, Jawa Tengah. Untuk menanggulangi penyakit tersebut telah dilakukan berbagai upaya antara lain secara kimiawi namun belum memberikan hasil yang memuaskan.
Dari hasil pengamatan baik rumah kaca (pembibitan) maupun di lapangan. Diantara ketiga varietas yang telah dilepas,
varietas Sidikalang lebih toleran dibandingkan varietas lainnya.
Ketahanan nilam terhadap penyakit layu bakteri kemungkinan disebabkan adanya kandungan kimia yang dihasilkan oleh
tanaman tersebut seperti fenol dan lignin. Sebagai contoh pada tanaman tembakau ditemui kandungan polyphenoloxidase dan phytoalexin (Akiew dan Trevorrow, 1994).
Penyakit layu bakteri dapat menulari tanaman nilam dari tanaman inang yang sudah ada pada lahan sebelum ditanami
nilam, atau dari bibit yang telah mengandung penyakit. Untuk mencegah tertularnya tanaman, sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu diperhatikan tanaman apa saja yang telah ada di lahan yang akan ditanami dan yang lebih penting, yaitu hindari pengambilan stek dari tanaman yang telah tertular penyakit.
Cara yang paling efektif untuk menekan kerugian karena berkurangnya produksi yang disebabkan oleh penyakit layu bakteri adalah menanam varietas yang tahan. Berhubung sampai sekarang belum diperoleh varietas nilam yang tahan,
penanggulangannya dapat dilakukan dengan memadukan komponen varietas, agen hayati dan budidaya (Supriadi et. al., 2000). Agen hayati antara lain: Pseudomonas flurescens, dapat menekan perkembangan penyakit pada tanaman nilam hingga 68,75% (Nasrun, 1996), P. cepasia dan Bacillus sp., dapat menekan perkembangan penyakit dan meningkatkan produksi jahe besar (Mulya, 2000).
Untuk mencegah penularan penyakit, benih yang ditanam harus bebas dari penyakit. Gejala penyakit layu bakteri yaitu
tanaman layu, jadi stek diambil dari tanaman yang telah layu.
b. Penyakit yang disebabkan oleh nematoda
Nematoda menyerang akar nilam, kerusakan akar menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata menutup, akibatnya laju fotosintesa menurun (Wallace, 1987). Beberapa jenis nematoda yang menyerang tanaman nilam antara lain Pratylenchus brachyurus, Meloidogyne inconita, Radhoplus similis (Djiwanti dan Momota, 1991; Mustika et al, 1991). Salah satu mekanisme ketahanan nilam terhadap nematoda adalah adanya kandungan fenol dan lignin (Fogain dan Gowen, 1996; Valette et al., 1998). Senyawa fenol dan lignin merupakan proteksi alami dari tanaman terhadap factor biotic (Nelson, 1981). Salah satu varietas nilam Aceh yang lebih toleran terhadap nematoda dibandingkan varietas lainnya adalah varietas Sidikalang, kandungan fenolnya (81,45 ppm) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (76,45 ppm) (Nuryani et al., 2001). Nilam Jawa termasuk nilam yang tahan terhadap nematoda.
Penanggulangan serangan nematoda, selain dengan varietas yang tahan/toleran, juga dengan agen hayati (Pasteuria
panetrans, Arthrobotrys sp., jamur penjerat nematoda, pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak), nematoda dan budidaya (pupuk organik dll) (Mustika dan Nazarudin, 1998). Salah satu cara untuk mencegah penularan nematoda yaitu dengan menanam benih yang bebas dari nematoda. Gejala serangan nematoda terutama nampak pada warna daun yang berubah menjadi kecoklatan atau kemerahan. Disamping itu perlu diperhatikan tanaman inang yang telah ada dilokasi sebelum dipergunakan untuk menanam nilam. Tanaman inang bagi nematoda antara lain: pisang, jahe, tomat, kacang tanah dll.
c. Penyakit budog
Penyakit budog diperkirakan disebabkan oleh virus (Sitepu dan Asman, 1992). Penyakit ini ditemukan dipertanaman nilam di Aceh dan Sumatera Barat, sejauh ini belum ditemukan di Jawa dan daerah lainnya. Gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak, menebal dan daun yang berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara. Sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia yang efektif untuk mengendalikan penyakit budog dan belum ada varietas nilam yang tahan terhadap penyakit ini. Diduga penyebaran penyakit oleh serangga, oleh karena itu tindakan budidaya perlu diperhatikan antara lain penyemprotan dengan insektisida untuk mematikan serangga/vektor, pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan yang terpenting adalah menggunakan benih sehat. Tanaman yang sudah terserang penyakit tidak boleh diambil steknya untuk perbanyakan.

2) Hama pada tanaman nilam

Hama yang menyerang tanaman nilam antara lain; belalang, kutu daun tungau dan ulat daun. Belalang dan ulat daun dapat menyebabkan tanaman gundul sehingga menurunkan produksi (terna). Serangan kutu daun dan tungau dapat menyebabkan daun menggulung dan berkeriput (keriting), sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Serangan hama dapat menyebabkan produksi menurun terutama karena pada umumnya yang banyak diserang adalah daun. Pengendalian hama pada penyakit nilam sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia, karena walaupun minyak nilam tidak dikonsumsi, namun penggunaannya sebagai parfum, lation terutama pada aromaterapi secara langsung bersentuhan dengan kulit dan penciuman. Untuk itu dianjurkan menggunakan pestisida nabati seperti ekstrak biji nimba (100 g/l) (Trisilawati dan Siswanto, 1994) atau dengan agen hayati seperti Beauveria bassiana untuk ulat pemakan daun dan Metarrhizium anisopliae untuk belalang (Soetopo et al., 1998).
Pembumbunan
Agar tanah tetap gembur dan merangsang pertumbuhan akar pada cabang-cabang dekat permukaan tanah, perlu dilakukan pembumbunan. Umumnya pembumbunan dilakukan pada umur 3 bulan dan setelah pemangkasan/panen.

Panen dan penyiapan bahan tanaman nilam

Pada kebun perbanyakan, panen stek pertama dilakukan 3-4 bulan, yaitu dengan memangkas cabang/batang setinggi 30 cm di atas permukaan tanah dengan menyisakan 1-2 cabang. Stek-stek yang baru dipangkas segera dibawa ketempat penyiapan benih, yaitu pondok atau tempat yang teduh disekitar kebun perbanyakan dimana telah disediakan peralatan yang dibutuhkan untuk pengepakan. Stek-stek dibasahi dengan air kemudian diseleksi, untuk stek pucuk, terdiri dari 4 - 5 buku, daun tua pada buku-buku dibuang, kecuali 1-2 pasang daun pucuk, untuk stek batang/cabang, semua daun dibuang, untuk stek panjang yang akan ditanam langsung ke lapangan panjang stek 30 cm dan sudah mengayu. Dari satu pohon dapat diperoleh 15 - 25 stek panjang yang dapat menjadi 30 - 50 stek pendek untuk disemai polybag.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Pilih stek yang cukup besar atau kekar.
- Stek yang baik adalah yang tidak bengkok.
- Stek nampak sehat tanpa gejala kekurangan hara atau tanda-tanda serangan penyakit dan hama.
- Stek-stek yang terpilih kemudian dicelupkan ke dalam larutan fungisida 0,2%.
Dalam 1 ha dibutuhkan 20.000 benih. 1 Ha kebun perbanyakan dapat memenuhi kebutuhan 30 - 40 ha per tanaman. Dalam 1 tahun dari 1 ha kebun perbanyakan dapt memproduksi benih untuk perluasan 80 - 100 ha.

Pergiliran Tanaman nilam

Pergiliran tanaman nilam dilakukansetiap selesai siklus pertanaman nilam (3 tahun), yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang sesuai dan berfungsi ganda, selain berfungsi memotong siklus hama dan penyakit juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tanaman yang dapat dipergunakan untuk pergiliran antara lain legum, palawija setelah itu kembali ditanami nilam.

Pola tanam Tanaman Nilam

Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokuler, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya). Selain dengan tanaman palawija, nilam dapat dipolatanamkan dengan tanaman tahun seperti kelapa, kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman nilam masih berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya 75%. Pola tanam ini akan memberikan keuntungan antara lain, menekan biaya operasional terutama biaya pemeliharaan, mengurangi resiko terjadi penurunan harga, kegagalan panen akibat serangan hama/penyakit, curah hujan yang sangat tinggi atau kekeringan dan meningkatkan produktivitas tanah oleh hasil tanaman sela. Selain itu bila limbah padat nilam hasil penyulingan dikembalikan ke lahan, dimana limbah padat ini masih punya aroma dan bau khas, maka limbah ini akan berfungsi sebagai penolak serangga, sehingga tanaman selanya terhindar dari serangan hama. Disamping itu limbah inidapat berfungsi sebagai bahan organik yang dapat menyuburkan tanam. Dari hasil penelitian pola tanam, menunjukkan bahwa nilam dapat dipolatanamkan dengan jagung atau nilam + kacang tanah, nilam + kedele, nilam + kacang hijau, nilam + jagung + kacang tanah. Pada prinsipnya semua tanaman dapat ditumpang sarikan dengan nilam asal: 1) tidak menimbulkan persaingan dalam hal penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari 2) tidak merupakan sumber hama/penyakit bagi tanaman nilam, sebaiknya yang saling menguntungkan. Oleh sebab itu waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman pokok antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan dengan cermat.

Panen dan penanganan pasca panen nilam

Panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanamanberumur tiga tahun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek.
Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu - dua cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.

Proses penyulingan Nilam

Penyulingan minyak nilam adalah suatu proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan air, dimana minyak dan air tidak tercampur. Penyulingan minyak nilam pada minyak nilam pada umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Penyulingan dengan cara dikukus, pada cara ini bahan (terna kering) berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
2. Penyulingan dengan uap langsung, dimana bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel pada bagian bawah suling.
Kapasitas tangki suling umunya dinyatakan dengan volume (liter). Kerapatan (bulk density) terna nilam kering berkisarantara 90 - 120 g/liter, tergantung dari persentase daun dan kadar airnya.
Bahan konstruksi alat suling akan mempengaruhi mutu minyak dan warna minyak. Jika dibuat dari bahan plat besi tanpa digalvenis akan menghasilkan minyak berwarna gelap dan keruh karena karat. Alat suling yang baik adalah dibuat dari besi tahan karat (stainless steel), atau plat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian pimpa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih muda dan jernih.
Terna kering yang sudah dimasukkan ke dalam ketel suling, sebaiknya dibahsahi dengan air supaya terna tersebut dapat dipadatkan. Pembasahan dan pemadatan dilakukan terhadap terna selama pengisian ketel suling. Harus diingat bahwapenyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya jadi pada penyulingan yang menggunakan sistem kohobasi hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi kekurangan air selama penyulingan.
lama penyulingan dengan dikukus 5 -1 0 jam, sedangkan dengan cara uap langsung lamanya berkisar antara 4 - 6 jam. Lama penyulingan ini tergantung dari cara, kapasitas ketel suling dan kecepatan penyulingan. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan yang baik adalah 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung tekanan uap langsung tekanan uap mula-mula 1,0 ATM, lalu dinaikkan secara bertahap sampai 2,5 - 3 kg/cm2 (tekanan dalam ketel suling 0,5 - 1,5 kg/cm2) pada akhir-akhir penyulingan. Hal ini dimaksudkan agar fraksi berat antara lain patchouli alkohol sebagian besar baru akan tersuling pada suhu tinggi atau jika waktu penyulingan cukup lama (Mauludi dan Asman, 2005).

1 komentar: