Selamat berjumpa kembali, kini saya hadirkan yang butuh bahan buat budidaya nilam dan yang sedang belajar BHHBK, lumayan bisa diambil.. hee
Minyak
nilam merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas
di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional. Indonesia merupakan
penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang setiap tahunnya memasok 70%
hingga 90% kebutuhan dunia. Ekspor nilam Indonesia berfluktuasi dengan laju
peningkatan ekspor sekitar 6% per tahun atau sebesar 700 ton sampai 2.000 ton
minyak nilam per tahun. Prospek industri minyak atsiri sebetulnya cukup cerah,
karena bahan bakunya tersedia di dalam negeri. Sayangnya produktivitas daun
nilam kering Indonesia hanya dua sampai tiga ton per hektar per tahun. Artinya
produktivitas dibawah 30%. Banyak faktor yang membuat rendahnya produksi dan
mutu nilam Indonesia, selain masalah teknologi, budidaya yang tidak intensif,
bibit kurang baik juga cara penanganan bahan baku dan penyulingan.
Tanaman
nilam dimasukkan ke Indonesia dan Singapura pada tahun 1895 (Burkill, 1935),
dan dinamakan Dilem Singapur untuk membedakannya dengan nilam Jawa yang telah
dikenal (P.heyneanus dan P.hostensis). Jenis nilam yang diintroduksikan dari
singapura sampai sekarang merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan dan
dikenal dengan nama nilam Aceh, jenis ini telah dibudidayakan sejak tahun 1909
telah menyebar ke Pantai Timur Sumatera (Heyne, 1927).
Di
Indonesia daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian
berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah
dan daerah lainnya.
Jenis-jenis Tanaman Nilam
Menurut Trease dan Evan (dalam Hamid
dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth,
P. hortensis, dan P. heyneanus.
1) P. cablin Benth
1) P. cablin Benth
Pogostemon
cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate
yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di
antara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon
cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke
Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia. (Sudaryani et al,
2004)
2) P. heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa
atau nilam hutan. Jemis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan
pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu
0,50-1,5%. Di samping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya
kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani et al, 2004)
3) P. hortensis
Disebut
juga nilam sabun karena bisa digunakan untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini
hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk Pogostemon hortensis ini mirip dengan
nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan minyaknya 0,5-1,5%. Komposisi
minyak yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang
mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani et al, 2004)
Diantara
ketiga jenis nilam tersebut yang banyak dibudidayakan yaitu P. Cablin Benth
(nilam Aceh), karena kadar dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari varietas
lainnya.
Nilam
Aceh diperkirakan daerah asalnya Filipina atau Semenanjung Malaya. Setelah
sekian lama berkembang di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan terjadi
perubahan-perubahan dari sifat dasarnya. Dari hasil eksplorasi ditemukan
bermacam-macam tipe yang berbeda baik karakteristik morfologinya, kandungan
minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan
kekeringan.
Teknik Budidaya Tanaman Nilam
A) Penentuan Lokasi
Kebun perbanyakan nilam
hendaknya terletak pada lokasi yang mudah dicapai, tidak tercemar hama dan
penyakit, mudah dijangkau penyediaan sarana (pupuk, dll), pengangkutan bahan
tanaman atau benih. Untuk efisiensi dalam pengiriman bahan tanaman sebaiknya
lokasi kebun perbanyakan tidak terlalu jauh dari daerah pengembangan. Disamping
itu faktor yang paling penting adalah tersedianya sumber air yang mencukupi di
lokasi kebun untuk kegiatan pembibitan, penanggulangan hama dan penyakit dan
sebagainya.
Ketinggian Tempat
Tanaman nilam tumbuh pada
ketinggian 2.200 mdpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan
berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10-400 mdpl. Dan menghendaki suhu
yang panas dan lembap serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah hujan
yang diperlukan berkisar 2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedang
suhu yang baik adalah 240C-280C dengan kelembapan lebih dari 75%. Agar
pertumbuhannya optimal tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran matahari
yang cukup. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, asalkan tidak pada tempat
yang sangat terlindung (di bawah pohon yang rimbun).( Sudaryani et al, 2004)
Tanah
Tanah yang subur dan gembur
serta kaya akan humus, sangat diperlukan oleh tanaman nilam. Pada tanah yang
subur tersebut nilam dapat memberikan hasil yang sangat baik. Pada tanah-tanah
yang tergenang air atau permukaan air tanah yang terlalu dangkal, tanaman ini
akan mudah terserang penyakit busuk akar yang disebabkan oleh cendawan
Phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat), tanah berpasir, dan
berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam. (Sudaryani et al, 2004)
B) Persiapan Bahan Tanaman dan Persemaian Tanaman Nilam
Pemilihan varietas nilam
Untuk memperoleh produksi minyak
yang tinggi, pilih varietas unggul, yang produksi kadar/mutu minyak yang
tinggi, yaitu: Tapak Tuan, Lhokseumawe, dan Sidikalang. Sel-sel minyak terutama
pada daun, oleh karena itu, produksi tinggi akan menghasilkan produksi minyak
yang tinggi pula, apabila varietas tersebut mengandung kadar minyak yang
tinggi.
Persiapan Rumah Atap, Media Semai, dan Sungkup
- Pilih areal yang sehat tidak tercemar jamur patogen, dekat sumber air.- Buat rumah atap setinggi 2m condong ke arah Timur. Bentuk dan luasan disesuaikan dengan kebutuhan. Siapkan campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
- Polybag (yang berlobang dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan media yang telah disiapkan dan diletakkan secara teratur di bawah rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan embrat.
- Untuk mempertahankan kelembaban agar stek tidak layu setelah ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 meter, tinggi 1/2 meter dan panjang sesuai kebutuhan.
Perbanyakan Bahan Tanaman dan Penyemaian Nilam
Stek tanaman nilam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu karena apabila langsung ditanam di lapangan, banyak yang mati.
Perbanyakan tanaman nilam secara
vegetatif dengan menggunakan stek. Stek yang paling baik adalah stek pucuk
mengandung 4 - 5 buku selain itu stek juga dapat diambil dari cabang dan
batang. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang, sisakan 1-2 pasang daun
muda/pucuk. Waktu mempersiapkan stek, sebaiknya stek direndam dalam air sebelum
disemai dalam polybag.
Penyemaian dilakukan dengan
membenamkan satu buku kedalam media semai dengan terlebih dahulu membuang
daun pada buku yang akan dibenamkan. Kemudian tanah disekeliling tanaman
dipadatkan.
Untuk penanaman langsung di
lapangan, stek diambil dari cabang yang sudah tua (mengayu), dipotong sepanjang
30 cm. Kebutuhan tanaman untuk 1 ha lebih kurang 20.000 tanaman, belum termasuk
bahan tanaman untuk penyulaman.
Pemeliharaan Tanaman Nilam di persemaian
Untuk menjaga kelembaban, stek
yang baru disemai perlu disiram. Penyiraman dilakukan setelah penyemaian,
kemudian disungkup plastik. Penyiraman selanjutnya setelah 2-3 hari kemudian.
Selama di dalam sungkup, penyiraman tidak perlu
dilakukan tiap hari. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penanggulangan hama/penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu. Benih siap tanam setelah 1,5 bulan
dipersemaian.
dilakukan tiap hari. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penanggulangan hama/penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu. Benih siap tanam setelah 1,5 bulan
dipersemaian.
Persiapan Lahan dan Penanaman Nilam
Persiapan lahan dan
lubang tanam
- Tanah dicangkul, dibersihkan dari gulma (alang-alang dsb), kemudian digaru dan diratakan.
- Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, dengan jarak tanam antara barisan 90 cm - 100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 cm - 50 cm. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar, jarak tanam dalam barisan lebih besar (100 cm x 50 cm) sedangkan pada lahan yang agak miring (150) jarak tanam dalam barisan lebih sempit (40 cm) dan arah baris menurut kontur tanah. Pada lokasi dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus) jarak tanam sebaiknya 100 cm x 100 cm, karena pada umur 5 - 6 bulan, kanopi sudah bertemu.
Pembuatan saluran drainase
- Tanah dicangkul, dibersihkan dari gulma (alang-alang dsb), kemudian digaru dan diratakan.
- Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, dengan jarak tanam antara barisan 90 cm - 100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 cm - 50 cm. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar, jarak tanam dalam barisan lebih besar (100 cm x 50 cm) sedangkan pada lahan yang agak miring (150) jarak tanam dalam barisan lebih sempit (40 cm) dan arah baris menurut kontur tanah. Pada lokasi dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus) jarak tanam sebaiknya 100 cm x 100 cm, karena pada umur 5 - 6 bulan, kanopi sudah bertemu.
Pembuatan saluran drainase
Tanaman nilam
tidak menghendaki adanya yang tergenang, untuk itu perlu dibuat saluran
drainase. Saluran drainase dibuat sekeliling dan di dalam kebun (atau sesuai
kebutuhan) dengan ukuran 30 cm x 30 cm (lebar x dalam).
Penanaman dan penyulaman
Setelah tanaman
berumur 1,5 bulan dipersemaian, tanaman dapat dipindahkan ke lapangan. Cara
menanam yaitu dengan menyobek polybag secara hati-hati dan menanam tanaman di
lubang yang telah disediakan, kemudian tanah dipadatkan dengan cara menekan
tanah disekitar tanaman. Stek yang langsung di tanam di lapangan adalah stek
yang telah berkayu 30 cm, dibenamkan 2 buku kedalam tanah. Penanaman langsung
ke lapangan beresiko tanaman banyak mati. Tanaman nilam yang mati disulam
dengan tanaman baru, untuk itu persiapan bahan tanaman harus mencukupi.
Pemeliharaan Tanaman Nilam
Pemupukan
Disamping pupuk
dasar yang diberikan pada waktu tanam berupa pupuk organik (pupuk kandang,
kompos dll) 1-2 kg/lubang tanam, untuk memacu pertumbuhan tanaman perlu diberi
pupuk organik. Dosis dan komposisi pupuk yang diberikan tergantung dari jenis
tanah dan tingkat kesuburannya. Penelitian pemupukan dengan dosis 280 kg N + 70
TSP + 140 kg KCl per hektar, pada tanah utisol menghasilkan 10 - 13 ton terna
kering per ha/tahun. Pemupukan I dilakukan pada umur 1 bulan, dengan dosis 1/3N
+ P + K, pemupukan II pada umur 3 bulan dengan dosis 2/3 N. Pemupukan selanjutnya
pada umur 6 bulan (setelah panen) dan 10 bulan (setelah panen II) dipupuk
dengan dosis 1/2N + 1/2P + 1/2 K + 2 kg pupuk kandang.
Pemberian mulsa/penutup tanah
Tanah tanaman nilam tidak tahan
kekeringan, terutama setelah dilakukan pemangkasan (panen). Kemarau panjang
dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk menjaga kelembaban tanah dan
mengurangi penguapan, tanaman diberi mulsa berupa semak belukar atau
alang-alang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa semak belukar lebih baik
dibandingkan alang-alang karena pelapukan lebih cepat terjadi, sehingga
menambah bahan organik.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Nilam
1) Penyakit pada tanaman nilam
a. Penyakit layu bakteri
Penyakit layu bakteri disebabkan
oleh bakteri Ralstonia solanacearum (Nasrun et al., 2003), merupakan salah satu
penyakit yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam. Gejala
serangan yang ditimbulkan berupa kelayuan pada tanaman muda maupun tua, dan
dalam waktu singkat menimbulkan kematian tanaman muda mauun tua, dalam waktu
singkat menimbulkan kematian tanaman (Sitepu dan Asman, 1998). Penyakit ini
menyebabkan kerugian sebesar 60-95% pada tanaman nilam di Sumatera. Selain di
Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu),
dutemukan juga pada pertanaman di Jawa Barat, Jawa Tengah. Untuk menanggulangi
penyakit tersebut telah dilakukan berbagai upaya antara lain secara kimiawi
namun belum memberikan hasil yang memuaskan.
Dari hasil pengamatan baik rumah kaca (pembibitan) maupun di lapangan. Diantara ketiga varietas yang telah dilepas,
varietas Sidikalang lebih toleran dibandingkan varietas lainnya.
Ketahanan nilam terhadap penyakit layu bakteri kemungkinan disebabkan adanya kandungan kimia yang dihasilkan oleh
tanaman tersebut seperti fenol dan lignin. Sebagai contoh pada tanaman tembakau ditemui kandungan polyphenoloxidase dan phytoalexin (Akiew dan Trevorrow, 1994).
Penyakit layu bakteri dapat menulari tanaman nilam dari tanaman inang yang sudah ada pada lahan sebelum ditanami
nilam, atau dari bibit yang telah mengandung penyakit. Untuk mencegah tertularnya tanaman, sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu diperhatikan tanaman apa saja yang telah ada di lahan yang akan ditanami dan yang lebih penting, yaitu hindari pengambilan stek dari tanaman yang telah tertular penyakit.
Cara yang paling efektif untuk menekan kerugian karena berkurangnya produksi yang disebabkan oleh penyakit layu bakteri adalah menanam varietas yang tahan. Berhubung sampai sekarang belum diperoleh varietas nilam yang tahan,
penanggulangannya dapat dilakukan dengan memadukan komponen varietas, agen hayati dan budidaya (Supriadi et. al., 2000). Agen hayati antara lain: Pseudomonas flurescens, dapat menekan perkembangan penyakit pada tanaman nilam hingga 68,75% (Nasrun, 1996), P. cepasia dan Bacillus sp., dapat menekan perkembangan penyakit dan meningkatkan produksi jahe besar (Mulya, 2000).
Untuk mencegah penularan penyakit, benih yang ditanam harus bebas dari penyakit. Gejala penyakit layu bakteri yaitu
tanaman layu, jadi stek diambil dari tanaman yang telah layu.
b. Penyakit yang disebabkan oleh nematodaDari hasil pengamatan baik rumah kaca (pembibitan) maupun di lapangan. Diantara ketiga varietas yang telah dilepas,
varietas Sidikalang lebih toleran dibandingkan varietas lainnya.
Ketahanan nilam terhadap penyakit layu bakteri kemungkinan disebabkan adanya kandungan kimia yang dihasilkan oleh
tanaman tersebut seperti fenol dan lignin. Sebagai contoh pada tanaman tembakau ditemui kandungan polyphenoloxidase dan phytoalexin (Akiew dan Trevorrow, 1994).
Penyakit layu bakteri dapat menulari tanaman nilam dari tanaman inang yang sudah ada pada lahan sebelum ditanami
nilam, atau dari bibit yang telah mengandung penyakit. Untuk mencegah tertularnya tanaman, sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu diperhatikan tanaman apa saja yang telah ada di lahan yang akan ditanami dan yang lebih penting, yaitu hindari pengambilan stek dari tanaman yang telah tertular penyakit.
Cara yang paling efektif untuk menekan kerugian karena berkurangnya produksi yang disebabkan oleh penyakit layu bakteri adalah menanam varietas yang tahan. Berhubung sampai sekarang belum diperoleh varietas nilam yang tahan,
penanggulangannya dapat dilakukan dengan memadukan komponen varietas, agen hayati dan budidaya (Supriadi et. al., 2000). Agen hayati antara lain: Pseudomonas flurescens, dapat menekan perkembangan penyakit pada tanaman nilam hingga 68,75% (Nasrun, 1996), P. cepasia dan Bacillus sp., dapat menekan perkembangan penyakit dan meningkatkan produksi jahe besar (Mulya, 2000).
Untuk mencegah penularan penyakit, benih yang ditanam harus bebas dari penyakit. Gejala penyakit layu bakteri yaitu
tanaman layu, jadi stek diambil dari tanaman yang telah layu.
Nematoda menyerang akar nilam,
kerusakan akar menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata
menutup, akibatnya laju fotosintesa menurun (Wallace, 1987). Beberapa jenis
nematoda yang menyerang tanaman nilam antara lain Pratylenchus brachyurus,
Meloidogyne inconita, Radhoplus similis (Djiwanti dan Momota, 1991; Mustika et
al, 1991). Salah satu mekanisme ketahanan nilam terhadap nematoda adalah adanya
kandungan fenol dan lignin (Fogain dan Gowen, 1996; Valette et al., 1998).
Senyawa fenol dan lignin merupakan proteksi alami dari tanaman terhadap factor
biotic (Nelson, 1981). Salah satu varietas nilam Aceh yang lebih toleran
terhadap nematoda dibandingkan varietas lainnya adalah varietas Sidikalang,
kandungan fenolnya (81,45 ppm) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (76,45 ppm)
(Nuryani et al., 2001). Nilam Jawa termasuk nilam yang tahan terhadap nematoda.
Penanggulangan serangan nematoda, selain dengan varietas yang tahan/toleran, juga dengan agen hayati (Pasteuria
panetrans, Arthrobotrys sp., jamur penjerat nematoda, pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak), nematoda dan budidaya (pupuk organik dll) (Mustika dan Nazarudin, 1998). Salah satu cara untuk mencegah penularan nematoda yaitu dengan menanam benih yang bebas dari nematoda. Gejala serangan nematoda terutama nampak pada warna daun yang berubah menjadi kecoklatan atau kemerahan. Disamping itu perlu diperhatikan tanaman inang yang telah ada dilokasi sebelum dipergunakan untuk menanam nilam. Tanaman inang bagi nematoda antara lain: pisang, jahe, tomat, kacang tanah dll.
c. Penyakit budogPenanggulangan serangan nematoda, selain dengan varietas yang tahan/toleran, juga dengan agen hayati (Pasteuria
panetrans, Arthrobotrys sp., jamur penjerat nematoda, pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak), nematoda dan budidaya (pupuk organik dll) (Mustika dan Nazarudin, 1998). Salah satu cara untuk mencegah penularan nematoda yaitu dengan menanam benih yang bebas dari nematoda. Gejala serangan nematoda terutama nampak pada warna daun yang berubah menjadi kecoklatan atau kemerahan. Disamping itu perlu diperhatikan tanaman inang yang telah ada dilokasi sebelum dipergunakan untuk menanam nilam. Tanaman inang bagi nematoda antara lain: pisang, jahe, tomat, kacang tanah dll.
Penyakit budog diperkirakan
disebabkan oleh virus (Sitepu dan Asman, 1992). Penyakit ini ditemukan
dipertanaman nilam di Aceh dan Sumatera Barat, sejauh ini belum ditemukan di
Jawa dan daerah lainnya. Gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak,
menebal dan daun yang berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna
merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara. Sampai saat
ini belum ditemukan bahan kimia yang efektif untuk mengendalikan penyakit budog
dan belum ada varietas nilam yang tahan terhadap penyakit ini. Diduga
penyebaran penyakit oleh serangga, oleh karena itu tindakan budidaya perlu
diperhatikan antara lain penyemprotan dengan insektisida untuk mematikan
serangga/vektor, pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan yang terpenting adalah
menggunakan benih sehat. Tanaman yang sudah terserang penyakit tidak boleh
diambil steknya untuk perbanyakan.
2) Hama pada tanaman nilam
Hama yang menyerang tanaman
nilam antara lain; belalang, kutu daun tungau dan ulat daun. Belalang dan ulat
daun dapat menyebabkan tanaman gundul sehingga menurunkan produksi (terna).
Serangan kutu daun dan tungau dapat menyebabkan daun menggulung dan berkeriput
(keriting), sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Serangan hama
dapat menyebabkan produksi menurun terutama karena pada umumnya yang banyak
diserang adalah daun. Pengendalian hama pada penyakit nilam sebaiknya tidak
menggunakan bahan kimia, karena walaupun minyak nilam tidak dikonsumsi, namun
penggunaannya sebagai parfum, lation terutama pada aromaterapi secara langsung
bersentuhan dengan kulit dan penciuman. Untuk itu dianjurkan menggunakan
pestisida nabati seperti ekstrak biji nimba (100 g/l) (Trisilawati dan
Siswanto, 1994) atau dengan agen hayati seperti Beauveria bassiana untuk ulat
pemakan daun dan Metarrhizium anisopliae untuk belalang (Soetopo et al., 1998).
Pembumbunan
Agar tanah tetap gembur dan merangsang
pertumbuhan akar pada cabang-cabang dekat permukaan tanah, perlu dilakukan
pembumbunan. Umumnya pembumbunan dilakukan pada umur 3 bulan dan setelah
pemangkasan/panen.
Panen dan penyiapan bahan tanaman nilam
Pada kebun
perbanyakan, panen stek pertama dilakukan 3-4 bulan, yaitu dengan memangkas
cabang/batang setinggi 30 cm di atas permukaan tanah dengan menyisakan 1-2
cabang. Stek-stek yang baru dipangkas segera dibawa ketempat penyiapan benih,
yaitu pondok atau tempat yang teduh disekitar kebun perbanyakan dimana telah
disediakan peralatan yang dibutuhkan untuk pengepakan. Stek-stek dibasahi
dengan air kemudian diseleksi, untuk stek pucuk, terdiri dari 4 - 5 buku, daun
tua pada buku-buku dibuang, kecuali 1-2 pasang daun pucuk, untuk stek batang/cabang,
semua daun dibuang, untuk stek panjang yang akan ditanam langsung ke lapangan
panjang stek 30 cm dan sudah mengayu. Dari satu pohon dapat diperoleh 15 - 25
stek panjang yang dapat menjadi 30 - 50 stek pendek untuk disemai polybag.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:- Pilih stek yang cukup besar atau kekar.
- Stek yang baik adalah yang tidak bengkok.
- Stek nampak sehat tanpa gejala kekurangan hara atau tanda-tanda serangan penyakit dan hama.
- Stek-stek yang terpilih kemudian dicelupkan ke dalam larutan fungisida 0,2%.
Dalam 1 ha dibutuhkan 20.000 benih. 1 Ha kebun perbanyakan dapat memenuhi kebutuhan 30 - 40 ha per tanaman. Dalam 1 tahun dari 1 ha kebun perbanyakan dapt memproduksi benih untuk perluasan 80 - 100 ha.
Pergiliran Tanaman nilam
Pergiliran
tanaman nilam dilakukansetiap selesai siklus pertanaman nilam (3 tahun), yaitu
dengan menggunakan tanaman-tanaman yang sesuai dan berfungsi ganda, selain
berfungsi memotong siklus hama dan penyakit juga dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Tanaman yang dapat dipergunakan untuk pergiliran
antara lain legum, palawija setelah itu kembali ditanami nilam.
Pola tanam Tanaman Nilam
Umumnya tanaman nilam diusahakan
secara monokuler, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman
lain, seperti dengan tanaman palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya).
Selain dengan tanaman palawija, nilam dapat dipolatanamkan dengan tanaman tahun
seperti kelapa, kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman
nilam masih berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya 75%. Pola tanam ini
akan memberikan keuntungan antara lain, menekan biaya operasional terutama
biaya pemeliharaan, mengurangi resiko terjadi penurunan harga, kegagalan panen
akibat serangan hama/penyakit, curah hujan yang sangat tinggi atau kekeringan
dan meningkatkan produktivitas tanah oleh hasil tanaman sela. Selain itu bila
limbah padat nilam hasil penyulingan dikembalikan ke lahan, dimana limbah padat
ini masih punya aroma dan bau khas, maka limbah ini akan berfungsi sebagai
penolak serangga, sehingga tanaman selanya terhindar dari serangan hama.
Disamping itu limbah inidapat berfungsi sebagai bahan organik yang dapat
menyuburkan tanam. Dari hasil penelitian pola tanam, menunjukkan bahwa nilam
dapat dipolatanamkan dengan jagung atau nilam + kacang tanah, nilam + kedele,
nilam + kacang hijau, nilam + jagung + kacang tanah. Pada prinsipnya semua
tanaman dapat ditumpang sarikan dengan nilam asal: 1) tidak menimbulkan
persaingan dalam hal penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari 2) tidak
merupakan sumber hama/penyakit bagi tanaman nilam, sebaiknya yang saling
menguntungkan. Oleh sebab itu waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman
pokok antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan dengan cermat.
Panen dan penanganan pasca panen nilam
Panen pertama dilakukan saat
umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai
tanamanberumur tiga tahun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang
malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan
siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak
berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek.
Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3
pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa
dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari
permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu - dua
cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.
Proses penyulingan Nilam
Penyulingan minyak nilam adalah suatu
proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan air, dimana minyak
dan air tidak tercampur. Penyulingan minyak nilam pada minyak nilam pada
umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Penyulingan dengan cara dikukus, pada
cara ini bahan (terna kering) berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
2. Penyulingan dengan uap
langsung, dimana bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari
ketel pada bagian bawah suling.
Kapasitas tangki
suling umunya dinyatakan dengan volume (liter). Kerapatan (bulk density) terna
nilam kering berkisarantara 90 - 120 g/liter, tergantung dari persentase daun
dan kadar airnya.
Bahan konstruksi alat suling
akan mempengaruhi mutu minyak dan warna minyak. Jika dibuat dari bahan plat
besi tanpa digalvenis akan menghasilkan minyak berwarna gelap dan keruh karena
karat. Alat suling yang baik adalah dibuat dari besi tahan karat (stainless
steel), atau plat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian
pimpa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih
muda dan jernih.
Terna kering
yang sudah dimasukkan ke dalam ketel suling, sebaiknya dibahsahi dengan air
supaya terna tersebut dapat dipadatkan. Pembasahan dan pemadatan dilakukan
terhadap terna selama pengisian ketel suling. Harus diingat bahwapenyulingan
terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya jadi pada penyulingan
yang menggunakan sistem kohobasi hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi
kekurangan air selama penyulingan.
lama penyulingan dengan dikukus
5 -1 0 jam, sedangkan dengan cara uap langsung lamanya berkisar antara 4 - 6
jam. Lama penyulingan ini tergantung dari cara, kapasitas ketel suling dan
kecepatan penyulingan. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan
yang baik adalah 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung tekanan
uap langsung tekanan uap mula-mula 1,0 ATM, lalu dinaikkan secara bertahap
sampai 2,5 - 3 kg/cm2 (tekanan dalam ketel suling 0,5 - 1,5 kg/cm2) pada
akhir-akhir penyulingan. Hal ini dimaksudkan agar fraksi berat antara lain
patchouli alkohol sebagian besar baru akan tersuling pada suhu tinggi atau jika
waktu penyulingan cukup lama (Mauludi dan Asman, 2005).
sukses y gan..
BalasHapus